Ciri-Ciri Orang Munafik: Peringatan Serius dari Rasulullah ﷺ
Ciri-Ciri Orang Munafik: Peringatan Serius dari Rasulullah ﷺ
Rasulullah ﷺ bersabda:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Ciri-ciri orang munafik ada tiga: apabila berkata ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari no. 33, Muslim no. 59, At-Tirmidzi no. 2632, An-Nasa’i no. 5029; lihat juga Shahihul Jami’ no. 16)
Makna dan Penjelasan
Hadis ini memberikan tolok ukur yang jelas dan tegas tentang ciri-ciri utama kemunafikan. Nabi ﷺ tidak hanya memperingatkan secara umum, tapi menyebut tiga sifat yang membatalkan keimanan dalam amal perbuatan:
Sifat-sifat ini adalah pembatal integritas seseorang, dan bila dilakukan terus-menerus, dapat menyeret pelakunya ke dalam kemunafikan yang nyata (nifaq amali).
Dalil-Dalil Pendukung Lainnya
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya orang-orang munafik berada di tingkatan paling bawah dari neraka.” (QS. An-Nisa’: 145)
Penjelasan:
Tingkatan paling rendah di neraka adalah bagi orang yang berpura-pura beriman, namun hatinya dipenuhi dengan kebencian dan pengkhianatan terhadap Islam.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ
أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ
Dari Abdullah bin Amr رضي الله عنه, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
“Ada empat sifat, siapa yang keempat-empatnya ada padanya maka ia adalah seorang munafik sejati. Dan siapa yang memiliki salah satu darinya, maka pada dirinya ada salah satu sifat kemunafikan hingga ia meninggalkannya, yaitu: Jika diberi amanah, ia berkhianat; Jika berbicara, ia berdusta; Jika membuat perjanjian, ia mengingkari; Dan jika berselisih, ia berbuat curang atau melampaui batas.” (HR. Bukhari no. 34, Muslim no. 58)
Penjelasan:
Kemunafikan bisa tumbuh dalam hati meski seseorang salat dan berpuasa. Maka, hati-hati dengan perilaku yang melemahkan keimanan.
Kesimpulan
Sumber Referensi
